LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN PRE -EKLAMPSIA
DISUSUN OLEH :
IBNU MUHAMMAD ABDUH, S.Kep
NIM : 4012180008
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2018
LAPORAN
PENDAHULUAN
POST
PARTUM DENGAN PRE -EKLAMPSIA
A. POST
PARTUM
- Pengertian
“Post partum adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.” (Mochtar, 2008)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
- Nifas Dibagi dalam 3
Periode
a.
Puerperium
Dini
Kepulihan dimana ibu boleh
berdiri dan berjalan-jalan.
b.
Puerperium
Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6–8
minggu.
c.
Puerperium
Remote
Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu bulanan atau tahunan.
- Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum
a.
Perubahan
Fisiologis
·
Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi
fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di
bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus
uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan kontraski masih ada.
Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi
fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu setelah
persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan berat
uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah
kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi
fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram.
·
Lochea
Adalah cairan sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda)
kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah
2 minggu.Tanda bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak
muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya.
Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml.
·
Servik dan
Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui
oleh 2 jari, sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun
juga servik tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum
externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk
servik mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur
eksternal melebar dan tampak bercelah.
Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan
kembali mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil
dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati
bentuk awalnya saja.
·
Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang
besar, yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji
tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan
hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan
pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji
tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu.
·
Proses
Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi
oleh placenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post
partum terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan
kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa penuh
atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar
prolaktin menstimulasi produksi susu.
·
Tanda-tanda
Vital
Jumlah denyut nadi normal
antara 50 – 70 x/menit. Takikardi
mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten dengan
keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai
adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg
atau keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu
tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi
infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena
sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum
lainnya.
·
Sistem
Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum
melahirkan dalam 6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per
menit. Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum.
Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada umumnya
tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan pada beberapa
wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba
terjadi dyspneu. Emboli paru dapat
terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura.
·
Sistem
Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada
oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya
udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan
suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi.
·
Sistem
Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar
kehamilan dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus
mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri
epigastritik dan sakit kepala.
·
Sistem
Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum
secara akurat harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran
kemih, distensi kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih,
frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk merasakan
penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada umumnya
dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk
mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan
sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih.
·
Sistem
Pencernaan
Karakteristik dari fungsi
normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus
pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat
terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan
selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum. Khususnya saat berada di
rumah sakit. Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika
terjadi konstipasi, abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan
terpalpasi.
b.
Perubahan
Psikologis
·
Taking in
Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa
ini ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung
sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah
melahirkan.
·
Taking
Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan
tindakan sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai
ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum.
·
Letting Go
Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa
adanya. Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu
pertama.
- Penatalaksanaan Post
Partum
·
Early
Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan
early ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah
8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan
boleh bangun dari tempat tidur setelah 24 jam sampai 48 jam post partum.
·
Perawatan
Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka
segera obati, dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan
perawatan payudara post partum.
·
Pemberian
Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang
porsinya lebih banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat
pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI.
·
Aktivitas
Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat
pengeluaran lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada
posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.
B. PRE
EKLAMSIA
- DEFINISI
Pre eklamsia adalah suatu kelainan
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hypertensi, proteinuria, dan oedem
pada seorang gravida yang terjadi normal. (Mochtar, 2008)
- ETIOLOGI
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
tapi pada penderita yang meninggal karena eklamsia terdapat perubahan yang khas
pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus
arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan
merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus
ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklamsi.
Vasospasmus menyebabkan :
1.
Hypertensi
2.
Pada otak
: sakit kepala, kejang
3.
Pada
placenta : solution placentae, kematian janin
4.
Pada
ginjal : oliguri, insuffisiensi
5.
Pada hati : icterus
6.
Pada
retina : amourose
- GEJALA – GEJALA PRE EKLAMSIA
a.
Hypertensi
Gejala yang
paling dulu timbul adalah hypertensi yang terjadi sekonyong-konyong sebagai
batas diambil tekanan darah 140 mm atau diastolis 15 mm di atas tekanan
yang biasa merupakan pertanda.
Tekanan darah dapat mencapai
180 mm systolis dan 110 mm diastolis tapi
jarang mencapai 200 mm.
Jika tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya essentialis.
b.
Oedema
Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang
berlebihan. Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi
kalau mencapai 1 kgseminggu atau 3 kg dalam sebulan pre eklamasi harus
dicurigai.
Tambah berat yang sekonyong-konyong ini diebab kan retensi air dalam
jaringan kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
c.
Proteinuria
Protinuria sering diketemukan pada preeklamasi
rupa-rupanya kare na vasospasmus pembuluh-pembuluh dan ginjal.
Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi
dan tambah berat.
d. Gejala-gejala subjektif
Perlu ditekankan bahwa
hypertensi, tambah berat daan proteinuria yang merupakan gejala-gejala yang terpenting dari
preeklamasi tidak diketahui oleh penderita. Karena itu pernatal care sangat penting
untuk diagnosa dan terapi preeklamasi dengan cepat.
Baru pada preeklamasi yang
sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang membawa pasien ke dokter.
Gejala-gajala subjektif tersebut antara lain :
a. Sakit kepala yang
keras karena vasospasmus atau oedema
otak.
b. Sakit di ulu hati
karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau oedema, atau sakit karena
perubahan pada lambung.
c.
Gangguan
penglihatan :
Penglihatan
menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.
- PROGNOSA
Prognosa
tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah maju kemaatian
karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi maka
prognosa menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa untuk
anak juga berkurang tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi menjelma
dan pada beratnya preeklampsi. Kematian perinatal kurang lebih 20%. Kematian perinatal ini sangat
dipengaruhi oleh prematuritas.
Ada ahli
yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi yang tetap
terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain kalau
gejala preeklampsi timbul dini.
- DASAR PENGOBATAN
a. Istirahat
b. Diit
c. Obat-obat
antihypertensip
d. Sedatip
e. Induksi persalinan.
Pengobatan jalan hanya
mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali misalnya kalau tensi kurang
dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau ringan sekali.
Anjuran
diberikan pada pasien semacam ini ialah :
a. Istirahat sebanyak
mungkin di rumah
b. Penggunaan garam
dikurangi
c. Pemeriksaan kehamilan
harus 2 kali seminggu
d. Dapat pula diberikan
sedativa dan obat-obatan antihypertensi.
FOKUS PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah
jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau statis vaskuler
(peningkatan resiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah,
apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan,
gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan
ketegangan, dan stimulasi simpatis.
c. Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi,
membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra operasi insuisiensi
pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis.
d. Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi
yang kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive
terhadap obat, makanan, plester dan larutan, defisiensi imun, munculnya kanker
atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga tentang hipertermia malignan/reaksi
anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat transfusi darah, dan tanda
munculnya proses infeksi.
PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk:
mengurangi ansietas dan trauma emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah
komplikasi, meredakan rasa sakit, memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
menyediakan informasi mengenai proses penyakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap atonia uteri.
2.
Gangguan
rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum dan kontraksi
uterus berlebih.
3.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka episiotomi
4.
Gangguan
eliminasi berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder terhadap oedema uretra.
5.
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan
6.
Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan
anggota baru.
7.
Konstipasi
berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon
8.
Gangguan
pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, factor eksternal
perubahan lingkungan.
9.
ketidakefektifan
menyusui berhubungan dengan kurangnya manageman laktasi sekunder terhadap
pembengkakan payudara.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Resiko
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap atonia uteri.
Tujuan :
Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Ø Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole
80-85 mmHg.
Ø Nadi 60-80 kali permenit.
Ø Akral hangat, tidak
keluar keringat dingin
Ø Perdarahan post
partum kurang dari 100 cc
Intervensi :
·
Monitor
vital sign
·
Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik
·
Monitor
pengeluaran pervagina.
·
Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.
·
Susukan
bayi sesegera mungkin.
2.
Gangguan
rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum dan kontraksi
uterus berlebih.
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Ø Ekspresi wajah klien tenang.
Ø Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
Ø Skala nyeri kurang dari 4.
Ø Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :
·
Kaji
sebab-sebab nyeri pada klien.
·
Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.
·
Anjurkan
pada klien untuk melakukan kompres dingin pada daerah perineum.
·
Kolaborasi
pemberian analgesic sesuai advis dokter.
3.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka episiotomi.
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Ø Tidak ada tanda-tanda
infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.
Ø Tanda-tanda vital normal.
Ø Jumlah sel darah
putih normal.
Intervensi :
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
·
Monitor
tanda-tanda vital.
·
Monitor
tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.
·
Beri
perawatan pada luka episiotomi dengan menggunakan teknik septic dan antiseptic.
·
Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan
perineum.
4.
Gangguan eliminasi urin: inkonensia berhubungan
dengan obstruksi uretra sekunder terhadap oedema uretra.
Tujuan :
Kebutuhan eliminasi urin dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Ø Klien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam
setelah melahirkan.
Ø Klien tidak merasakan
ketegangan pada kandung kemih.
Intervensi :
·
Kaji intake cairan klien mulai terakhir saat
pengosongan kandung kemih.
·
Anjurkan klien untuk merangsang BAK dengan
menggunakan air hangat.
·
Kaji jumlah urin yang dikeluarkan.
·
Jika klien
tidak bisa mengeluarkan sendiri secara spontan, kolaborasi untuk pemasangan
kateter.
5.
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.
Tujuan :
Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Ø Klien dapat melakukan
perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :
·
Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.
·
Tingkatan
partisipasi klien secara bertahap dan optimal.
·
Beri
dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang perawatan diri.
6.
Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan
anggota baru.
Tujuan :
Orang tua dapat menerima peran baru dalam keluarganya.
Kriteria hasil :
Ø Orang tua dapat menerima keberadaan bayinya.
Ø Orang tua dapat
mendemonstrasikan perilaku peran barunya.
Ø Orang tua mulai
mengungkapkan perasaan positif mengenai bayinya.
Intervensi :
·
Beri kesempatan
untuk membina proses ikatan dengan bayinya.
·
Anjurkan
ayah atau ibu untuk menggendong bayinya.
·
Dengarkan cerita tentang pengalamannya selama
hamil hingga melahirkan.
·
Berikan dukungan social yang diperlukan ibu.
7.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan
sensitivitas colon.
Tujuan :
Pasien dapat defekasi dengan
lancar.
Intervensi :
·
Kaji pola
defekasi klien.
·
Auskultasi
bising usus.
·
Ajarkan
pentingnya diit seimbang.
·
Dorong
masukan harian sedikitnya 2 liter cairan.8 sampai 10 gelas kecuali dikontraindikasikan.
·
Anjurkan
untuk ambulasi dini sesuai toleransi.
·
Anjurkan
makan makanan tinggi serat.
·
Berikan
laksatif jika diperlukan.
8.
Gangguan
pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, faktor eksternal
perubahan lingkungan.
Tujuan :
Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur.
Kriteria hasil :
Ø Pasien dapat
mengungkapkan pemahaman tentang faktor gangguan tidur.
Ø Meningkatkan
peningkatan kemampuan untuk tidur.
Ø Wajah klien rileks.
Intervensi :
·
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien.
·
Kaji factor-faktor penyebab gangguan pola tidur.
·
Berikan
lingkungan yang nyaman.
·
Beri
kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya, batasi kunjungan selama periode
istirahat.
9.
Ketidakefektifan
menyusui berhubungan dengan kurangnya managemen laktasi sekunder terhadap
pembengkakan payudara.
Tujuan :
Ibu dapt menyusui bayinya secara efektif.
Kriteria hasil :
Ø Ibu membuat keputusan menyusui bayinya.
Ø Ibu mengidentifikasi aktivitas yang menghalangi
untuk menyusui.
Intervensi :
·
Kaji
factor-faktor penyebab ketidakefektifan menyusui.
·
Dorong ibu
untuk mengungkapkan masalah secara terbuka.
· Kaji keadaan ibu dan
bayi.
· Ajarkan penatalaksaan
perawatan payudara yang baik.
·
Ajarkan cara menyusui yang baik, bila ada gejal
mastitis atau abses payudara (ditandai bengkak dan nyeri). Anjurkan untuk menghubungi perawat dan dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marillyn, E. 2010. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi.
Alih Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2009.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.Jakarta : EGC
Rostam Mochtar. 2008. Sinopsis
Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.